Pages

Selasa, 21 Desember 2010

Agar Anak Cerdas Secara Emosi

Dalam psikologi perkembangan, akan terbukti bahwa laki-laki yang dilabelisasi sebagai sosok yang kuat, berani dan tangguh tidak semua seperti itu. "Sebaliknya, perempuan yang dianggap sensitif, mudah menangis, terlalu berperasaan, pemalu, tidak semua juga sepertiitu," ujarnya.
Oleh karenanya, lanjut Fadhilah,kebebasan berekspresi adalah bawaan yang memang idealnya tak boleh ditahan. "Sebab, jika ditahan, maka fungsi-fungsi emosional tidak berjalan secara baik," katanya.

Sebaiknya pula, ujar Fadhilah, sebagai orang tua yang baik danmengenal perkembangan emosi anak, label stereotipe pada laki-laki yang sering dianjurkan untuk tidak menangis (cengeng- red) sebaiknya tidak terus dipraktikkan. "Pembinaan emosi saat mencapai kematangan emosi perlu dikenali kepada anak-anak sejak dini. Sehingga, emosi tidak boleh ditahan," ungkapnya.

Menurut Fadhilah, tumbuh kembang anak akan berkembang dengan baik saat mereka dikenali beberapa jenis emosi. Setidaknya, ada empat langkah agar emosi anak dapat berkembang dengan baik.
Pertama, kenali jenis-jenis emosi pada anak. "Mengenali jenis emosi pada anak penting. Sehingga pada akhirnya, si anak akan tahu benar kapan ia sedih, senang, murung, jijik, dan lain sebagainya,'' jelasnya.
Selain memperkenalkan jenis emosi kepada anak, langkah kedua adalah mengajarkan mereka untuk mengelola emosinya. "Langkah kedua ini penting, agar anak tersebut mampu mengekspresikan emosinya dengan baik," katanya.

Ketiga, setelah si anak diberikan pemahaman dan pengelolaan emosi ialah ajari mereka untuk memahami emosi orang lain.
"Pada tahap ini, mereka akan paham kondisi seseorang saat sedang marah karena ia pun pernah mengalami hal tersebut. Mereka tidak akan tahu seseorang sedang marah, jika ia tidak pernah mengalaminya," ungkapnya.

Terakhir, setelah semua tahapan emosi sudah dikenali pada anak, selanjutnya adalah ajari mereka untuk bersedia berkorban untukorang lain. "Tahap terakhir ini juga penting karena dapat melahirkan empati terhadap orang lain," tandasnya.
Lanjutkan Membaca - Agar Anak Cerdas Secara Emosi

TwitterFacebook

Minggu, 28 November 2010

Otak Tengah

Apa Itu Otak Tengah?

Menurut ilmu neuro-anatomi otak terbagi atas tiga bagian, antara lain:

1. Otak Depan (Forebrain) atau Prosencephalon. Terdiri atas dua bagian, Telencephalon - otak besar yang terdiri dari dua gelembung dan berukuran paling besar ketimbang bagian otak lainnya -, Diencephalon (talamus dan hipotalamus).

2. Otak Tengah (Midbrain) atau Mesencephalon. Bagian ini relatif pendek - penghubung antara otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).

3. Otak Belakang (Hindbrain) atau Rhombencephalon. Terdiri dari Metencephalon dan Myelencephalon (serebelum).

Secara anatomik otak tengah (midbrain) merupakan penghubung otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain) yang fungsinya sebagai tempat perlintasan arus elektrik, zat-zat neurokimia dari batang otak menuju otak besar.

Dan tidak terdapat pusat-pusat kecerdasan, melainkan pusat-pusat kesadaran. Sehingga, bila terjadi gangguan pada otak tengah akan mengakibatkan terganggunya kesadaran.

Secara “fungsional”, otak tengah bekerja sama dengan bagian anatomi otak lain, yakni sistem limbik dan hipotalamus dalam menghantarkan impuls-impuls elektrik otak.

Belum Dapat Diterima Logika Keilmuan

Kandidat Doktor Jurusan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, FKUI ini mengatakan bila perangsangan otak tengah akan menghasilkan kemampuan membaca dengan menutup mata. Atau melalui sentuhan kulit, anak dapat mengenali huruf, angka dan warna, sebagai mahluk yang dianugerahi logika, patut dipertanyakan.

“Seharusnya AOT menggunakan metoda yang berbasis bukti metabolisme otak, yang dapat dideteksi menggunakan alat functional-Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Positron Emisson Tomography (PET-Scan). Seperti halnya perasaan senang atau sensasi kulit terhadap panas atau dingin dapat dibuktikan dengan perubahan warna yang meningkatkan aktivitas bagian-bagian otak tertentu,” ujar penulis buku national best seller “Mengungkap Misteri Otak Tengah”.

Kunci: emosi stabil

Menyinggung manfaat AOT mengenai kemampuan mengingat, perhatian, dan kestabilan emosi, menurut dokter kelahiran Malang, sesungguhnya sudah diketahui sejak dulu oleh para ahli-ahli saraf dunia. “Di dalam otak diencephalon terdapat sirkuit papets yang menjelaskan antara emosi dan kemampuan menghapal”, imbuhnya.

Ambil contoh, saat emosi dalam kondisi bahagia, materi apapun akan direkam otak dengan baik. Sebaliknya, bila dalam kondisi tertekan, membuat otak sulit menerima materi.

Selain itu, AOT menyebut keseimbangan hormon. Sayangnya, hal itu kurang dijelaskan secara ilmiah. Diakuinya bahwa proses belajar melibatkan zat yang dikenal sebagai neurotransmitter, terdapat serotonin, nor-epineprin, asetilkon, dan dopamin.

Seperti serotonin dan nor-epineprin, memelihara kestabilan emosi sehingga merasakan bahagia. Bila zat ini menurun akan mengganggu Sirkuit Papetz. Sedangkan, dopamin itu berperan dalam menghasilkan kegembiraan akibat pencapaian target atau disebut sirkuit reward (sirkuit penghargaan).

“Ketika emosi itu stabil, maka proses neurokimia akan berjalan baik. Namun, bukan karena mengaktifkan otak tengah,” timpal dr. Arman, MS, SpS.

Hal ini didasarkan bahwa kreativitas seseorang tidak bisa dibangun dalam waktu singkat. Semuanya bergantung pada faktor genetik orangtua dan aneka rangsang lingkungan yang diberikan pada anak.

Begitu pula mengenai karakter. Melibatkan banyak bagian otak, seperti: amigdala, pusat emosi; prefrontal, menentukan daya pertimbangan dalam mengambil keputusan; dan serebelum, otak kecil yang menentukan ketepatan berbicara.

Berdasarkan studi PET-Scan David Schmahmann, dokter ahli saraf, menyebutkan bahwa bila serebrum rusak mengakibatkan dysmetria of thought, pertimbangan keputusan yang berubah-ubah. Bisa dikatakan bahwa pembentukan karakter bukan hanya dengan merangsang otak tengah, namun melibatkan bagian-bagian otak lain yang musti mendapat rangsang lingkungan secara optimal.

Kiat Cerdas Ala dr. Arman Yurisaldi S, MS, SpS

Menurut pendapat dr. Arman, MS, SpS, cerdas itu adalah kemampuan menganalisa, berpikir logika, matematika, dan sintesis. Ingin cerdas?

1. Lakukan rangsang lingkungan. Rangsang ini bisa dilakukan melalui permainan, aktivitas interaksi sosial, dan komunikasi.

2. Perhatikan asupan makanan. Rupanya, makanan pun turut mempercepat metabolisme otak. Misalnya saja, tempe. Dalam tempe terdapat kolin, yang fungsinya sebagai zat komunikasi antarotak. Selain itu, makanan-makanan laut yang mengandung tritophan. Zat inilah yang berguna bagi pembentukan nor-epineprin dan asetilkon yang diubah menjadi serotonin, sehingga merasakan kebahagiaan.

3. Hadirkan suasana menyenangkan. Dengan suana menyenangkan, maka akan memicu munculnya zat serotonin. Dan anak pun gampang mengingat dengan baik.

4. Terapkan Sirkuit Papetz dan Sirkuit Reward. Kembali lagi, orangtua menerapkan Sirkuit Papetz (memori-emosi) dan Sirkuit Reward (penhargaan).

5. Latih Konsentrasi Lewat Kursus. Melalui kursus-kursus keterampilan, apakah itu musik, tari, melukis.

6. Melakukan Brain Gym. Brain gym ialah gerakan senam sederhana yang menyeimbangkan aktivitas kedua belah otak secara bersamaan.

Awas Efek AOT!

Berdasarkan pengalaman pasien yang datang kepada dr. Arman, MS, SpS ini, terdapat dua hal yang kerap dialami anak, yakni:

* Megalomania. Anak merasa mempunyai kemampuan super. Ini disinyalir akibat anak dijanjikan dapat melakukan sesuatu sembari menutup mata.

* Epilepsi. Bagi anak yang sudah membawa bakat epilepsi, dengan pelatihan AOT yang dilatih dalam kamar yang bersuara seperti ‘petir’, akan memicu epilepsinya.
Lanjutkan Membaca - Otak Tengah

TwitterFacebook

Minggu, 21 November 2010

Manfaat Bermain bagi Anak

Dunia anak adalah dunia bermain. Dalam kebahagiaan yang terpancar saat bermain, pada dasarnya anak pun belajar banyak hal. Otak maupun emosionalnya pun terlatih.

Melatih perkembangan sensorik dan motorik anak
Aktivitas sensorik dan motorik adalah komponen yang paling besar dipergunakan oleh anak ketika bermain. Permainan yang aktif akan melibatkan semua pancaindra sebagai organ sensorik dan melibatkan sebagian besar otot (muskulus) sebagai organ motorik.

Mengasah perkembangan kognitif
Anak kecil mempunyai organ memori yaitu otak (cerebri) yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Anak-anak akan mengenali dan mempelajari berbagai macam warna, berbagai bentuk, berbagai ukuran, dan penggunaannya.

Setelah mengenali dan mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori (otak). Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Mengembangkan perkembangan moral dan etika
Selain berinteraksi dengan benda-benda sebagai alat permainan. Anak-anak juga akan berinteraksi dengan non-benda, yaitu teman-teman sepermainannya. Melalui interaksi dengan teman-temannya di dalam kelompok, anak akan belajar tentang bagaimana aturan bermain di dalam kelompok. Misalnya harus bersikap jujur, tidak boleh bermain curang, dan harus mematuhi aturan-aturan permainan.

Meningkatkan kreativitas
Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat menerapkan ide-ide mereka. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide-ide yang bermunculan di dalam pikiran si anak. Ide-ide ini akan memunculkan kreativitas untuk memodifikasi permainan.

Memunculkan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengenali kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Anak akan melakukan pengujian terhadap kemampuannya dan kemampuan orang lain. Anak juga akan mempelajari tingkah laku orang lain terhadap dirinya dan tingkah lakunya terhadap orang lain. Anak juga akan mempelajari akibat dari tingkah lakunya terhadap orang lain.


Melatih perkembangan komunikasi dan bahasa
Bagi bayi dan anak-anak, bermain merupakan alat komunikasi. Bayi akan memberikan balasan senyuman ketika dia diberikan senyuman. Bayi akan merasakan kenyamanan bila orang tuanya menatap dengan mata yang teduh. Bagi anak-anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal, menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi mereka.

Sebagai terapi
Ketika anak merasakan ketidaknyamanan, misalnya: anak sedang marah, benci, kesal, takut, dan cemas. Bermain adalah solusi untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut. Atau ketika anak sedang sakit dan dirawat, bermain dapat menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat sakit dan akibat dirawat di rumah sakit (dampak hospitalisasi). Namun, bermain ketika sakit mempunyai aturan-aturan dan prinsip tertentu. Tidak semua permainan boleh dimainkan oleh anak yang sedang sakit.
Lanjutkan Membaca - Manfaat Bermain bagi Anak

TwitterFacebook