Pages

Minggu, 27 Juni 2010

Pendidikan di Sekolah Bukan Hanya Tanggung Jawab Guru

Orangtua cenderung mempercayakan pendidikan kepada pihak sekolah. Karena itu, banyak di antara mereka yang hanya mengandalkan guru semata. Padahal, keterlibatan orangtua banyak berpengaruh positif pada perkembangan anak.

Dewasa ini peran orangtua dalam pendidikan anak boleh dikatakan sangatlah kurang. Misalnya saja dalam kehidupan keseharian, orangtua cenderung melepas anaknya pada dunia pendidikan sekolahnya saja tanpa ada niat untuk memantau sejauh mana perkembangan pelajaran sang anak maupun memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya itu sendiri.

Padahal, menurut psikolog dan trainer Kasandra Putranto, orangtua tidak seharusnya melepaskan pendidikan anak secara total kepada pihak sekolah.

Orangtua mempunyai andil besar terhadap perkembangan anak. Terbukti keterlibatan mereka dalam pendidikan anak membawa pengaruh positif pada si anak,” beber Kasandra dalam acara talk show dengan tema ”Partnership antara Orangtua dan Guru” di Cilandak Town Square,17 Juni lalu.

Beberapa manfaat positif yang dapat diambil dalam peran aktif orangtua tersebut, di antaranya membantu tumbuhnya rasa percaya diri dan penghargaan pada diri anak, meningkatkan pencapaian prestasi akademik, meningkatkan hubungan orangtua dengan anak, membantu orangtua dalam bersikap positif terhadap sekolah, serta menjadikan orangtua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.

Orangtua seharusnya menjadi partner sejati dalam mendidik anak bersama dengan guru,” ungkap Kasandra.

Hal ini, Kasandra sebutkan, termasuk mempersiapkan anak untuk memasuki pendidikan di sekolah. Di mata Kasandra, untuk persiapan yang satu ini, orang tua perlu memberikan perhatian ekstra. Sebelum menginjak ke TK, pada umumnya anak-anak akan dimasukkan ke pendidikan anak usia dini (PAUD).

Padahal, menurut psikolog yang juga penyiar radio ini, PAUD sebaiknya dikerjakan sendiri oleh orangtua. Alasannya, PAUD bertujuan menyiapkan mental anak sebelum mereka secara resmi bersosialisasi dengan lingkungan pergaulan di TK. Hal ini disetujui Shelomita. Menurut artis dan penyanyi ini,materi yang diajarkan di PAUD bukanlah seperti materi yang diajarkan di TK.

Tujuan PAUD lebih mengajak anak untuk memberanikan diri dalam bergaul dengan teman lain dan mengenalkan sopan santun yang berlaku di masyarakat secara dini. Intinya membuat anak berani karena pada masa ini anak akan mengalami separation anxiety atau perasaan takut berpisah dengan orangtua,” papar ibu dari empat anak ini.

Shelomita menuturkan, orangtua yang aktif mengikuti perkembangan anak di sekolah, akan mempunyai kontrol terhadap diri anak.

Orangtua jangan hanya menitipkan anak di sekolah dan sama sekali buta akan perkembangan anak. Bisa-bisa malah kecolongan nantinya,” ujar wanita yang membuka home schooling bernama Langkahku Home Educare ini.

Untuk itu, ada beberapa jalan yang dapat diupayakan orangtua. Misalnya saja, dengan membantu anak mengerjakan pekerjaan rumahnya apabila ada soal-soal yang tidak mereka mengerti. Di sini orang tua dapat turut serta mengajarkan anak.

Namun, bukan berarti lantas orangtua yang mengerjakan tugas anak tersebut. Shelomita pun mengajak orangtua untuk membudayakan penggunaan buku penghubung orangtua dan guru guna memantau anak di sekolah.

Inayati Hasan, seorang guru di TK Al-Azhar Jaka Permai, Jakarta Timur, menyetujui penggunaan buku penghubung guna menjalin komunikasi dengan orangtua anak bersangkutan.

Untuk kelompok bermain dan TK, kami memberdayakan buku penghubung.Tetapi, bagi siswa yang dapat berkomunikasi dengan baik, saya lebih memintanya menyampaikan pesan secara langsung kepada orangtuanya,” kata Inayati.

Hal ini bukan hanya bermaksud menyampaikan pesan. Lebih dari itu, anak juga belajar untuk aktif berkomunikasi dan memahami pentingnya untuk menyampaikan pesan itu kepada orangtua yang merupakan amanah dari gurunya.

Untuk memastikan apakah orangtua telah menerima pesan yang diberikan, biasanya guru menelepon orangtua kembali.

Inayati mengaku, masih banyak di antara orang tua yang menganggap remeh pentingnya turut andil dalam pendidikan anak di sekolah. Mereka seakan sudah memercayakan saja urusan ini kepada pihak sekolah.

Berkaca dari hal ini, pihak sekolah mengajak orangtua untuk rutin mengikuti pertemuan yang diadakan sekolah setiap satu kali dalam dua bulan. Di sini sekolah mengadakan kegiatan family day.

Pada acara tersebut anak dapat mengenalkan orangtua ke teman-temannya. Dalam kegiatan sehari-hari ini, orangtua otomatis didapuk menggantikan tugas guru. Mereka lantas membacakan cerita untuk anak-anak.

Kalau ada orangtua yang melewatkan kegiatan ini lebih dari tiga kali, maka kami akan mengajak mereka berbicara dan mengatakan tujuan dari mengetahui perkembangan pendidikan anak ini. Sekaligus mengatakan bahwa jika tidak ada dukungan dari pihak keluarga, maka pendidikan tidak akan berjalan efektif,” kata Inayati yang sudah 14 tahun menjadi guru TK ini.

TwitterFacebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar